Synopsis Wadu Ntanda Rahi - Karya Alan Malingi
“WADU NTANDA RAHI ( Batu Memandang Suami)’’
Dana Mbojo ( Bima / Dompu )
Kadidiku kafero ntara diweha kai oi wunga rindi ai
Ti loaku maru sebala ai mamore
Bakawaraku pahumu di lingga pohu
( jika ada orang yang pergi kebulan )
( akan kutitip satu bintang tuk kuambil waktu tengah malam )
( sepanjang malam mata tak terpejam )
( mengingat wajahmu yang selalu terbayang ).
Doro ma leme ku langka lima
Oi madei lampakai ndai dua
Batu ca’u ra ne’e ti bade doro mana’e
Be ra lao kai mode nci’I kaiba nawa mada
( Gunung menjulang tinggi akan kudaki)
( dalam air kulewati berdua)
( demi cintaku padamu tak perduli gunung dan rimba)
( dimapun kau pergi kekasihku aku turut serta)
Waraku siwe sabua, sampela kampo sabae
Ra loaku lamba ncora ao ba balumba
Balumba mana’e, batu ca’u ra ne’e
Balumba ma anco ndaima cua anca
( ada seorang gadis di kampung seberang)
( Kubertandang dihadang ombak )
( Ombak besar kuterjang megikuti kemauan cintaku)
( Ombak yang menggulung kita yang sedang bercumbu).
WADU NTADA RAHI
wara ku sabua hidi ngarana wadu ntada rahi
tapa ndiha ba dou di rasa ba ne’e na lao ta rahina
teka, teka na doro
ntada, ntada ka lao
ade na mala lai
ntada rahi ma lao
auku ncara ra kancaruna sampe ndadi kaina wadu
ede pa tangara kai ba dou wadu, wadu ma tanda rahi
teka, teka na doro
ntada, ntada ka lao
ade na mala lai
ntada rahi ma lao
Terjemahan:
BATU YANG MENATAP SUAMI
ada suatu tempat yang bernama batu yang menatap suami
di hadang oleh orang satu kampung karena ingin pergi ke suaminya
naik, naik kebukit
menatap, menatap termenung
hatinya yang sakit
melihat suami yang pergi
apakah salahnya, sampai dia menjadi batu
oleh karena itu di namakan oleh orang batu, batu yang menatap suami
naik, naik kebukit
menatap, menatap termenung
hatinya yang sakit
melihat suami yang pergi
https://www.tulismenulis.com/wadu-ntanda-rahi-karya-alan-malingi/
Dana Mbojo ( Bima / Dompu )
Pada
zaman dahulu ada suatu legenda di dana mbojo kel. mangge maci, doro
bedi . Disana terdapat sebuah desa yang terdiri dari beberapa kepala
keluarga dan penghasilan warga sekitar dari hasil bertani ataupun
berkebun . Di desa itu pula, hiduplah sepasang suami istri yang sudah
tua dan renta yang bekerja sebagai petani yang bernama ina Male dan Ompu
Nggaro. Ina Male dan Ompu Nggaro ini memiliki seorang putra yang
bernama La Ngusu. La Ngusu merupakan sosok laki-laki yang penuh dengan
semangat, baik dan sangat menghormati orang tuanya. Dan di ladang
sebelah, ada seorang gadis sebatang kara yang diangkat dan dibesarkan
oleh seorang lelaki yang bernama ompu Wila, gadis tersebut bernama La
Nggini.
Kecantikan dan kebaikan yang dimiliki oleh La Nggini ini
membuat laki-laki didesanya menginginkannya sebagai seorang istri, akan
tetapi la nggini tidak pernah memberikan kesempatan kepada lelaki yang
ingin mendekatinya .
Pada suatu hari la ngusu sedang bekerja di
sawah bersama ina male dan ompu nggaro, di tengah pekerjaannya dia
terhenti karna melihat sosok gadis yang cantik nan anggun yaitu La
Nggini, La Nggini yang datang ingin memberikan makan siang untuk Ina
Male dan Ompu Nggaro juga tak menyangka akan bertemu dengan La Ngusu.
Sejak saat itulah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka. Setiap hari
mereka bertemu dan mereka saling beradu kasih dengan melontarkan patu
mbojo.
- La Ngusu
Kadidiku kafero ntara diweha kai oi wunga rindi ai
Ti loaku maru sebala ai mamore
Bakawaraku pahumu di lingga pohu
( jika ada orang yang pergi kebulan )
( akan kutitip satu bintang tuk kuambil waktu tengah malam )
( sepanjang malam mata tak terpejam )
( mengingat wajahmu yang selalu terbayang ).
- La Nggini
Doro ma leme ku langka lima
Oi madei lampakai ndai dua
Batu ca’u ra ne’e ti bade doro mana’e
Be ra lao kai mode nci’I kaiba nawa mada
( Gunung menjulang tinggi akan kudaki)
( dalam air kulewati berdua)
( demi cintaku padamu tak perduli gunung dan rimba)
( dimapun kau pergi kekasihku aku turut serta)
- La Nggusu
Waraku siwe sabua, sampela kampo sabae
Ra loaku lamba ncora ao ba balumba
Balumba mana’e, batu ca’u ra ne’e
Balumba ma anco ndaima cua anca
( ada seorang gadis di kampung seberang)
( Kubertandang dihadang ombak )
( Ombak besar kuterjang megikuti kemauan cintaku)
( Ombak yang menggulung kita yang sedang bercumbu).
Setelah
beberapa hari mengenal La Nggini, La Nggusu selalu memikirkan La Nggini
dan ia berniat untuk pergi bertandang ke rumah La Nggini di desa
seberang. Saat kedatangan La Ngusu, Ompu Wila menerima dengan baik
kedatangan La Ngusu, dan La Ngusupun mengutarakan keinginannya untuk
mempersunting La Nggini. Akan tetapi , Ompu Wila memberikan syarat yaitu
harus menyerahkan beberapa ikat padi, buah-buahan dan mendirikan rumah.
Dan La Nggusu menyanggupin persyaratan yang diberikan.
Kemudian
La Nggusu pun pulang dan dia menceritakan niatnya tersebut kepada kedua
orang tuanya dan orang tuanya pun setuju dengan niatnya itu, siiring
berjalannya waktu persyaratan yang di minta oleh Ompu Wila dapat di
selesaikan oleh La Ngusu dan merekapun menikah.
Setelah menikah ,
mereka menempati rumah yang telah di buat oleh La Ngusu sebagai syarat
nikah dan merekapun meninggalkan orang tua mereka masing-masing. Setelah
dua bulan menikah La Nggusu merasa tidak ada perubahan yang terjadi
dalam hidupnya. Dia selalu pergi melaut, ketika berada di tengah laut La
Ngusu berniat untuk pergi merantau ke Goa ( makasar) agar kehidupannya
dengan La Nggini dapat lebih baik. setalah pulang melaut La Ngusu pun
menceritakan niatnya tersebut kepada istrinya, dan saat mendengar ke
inginan suaminya itu La Nggini tidak menyetujui keinginnya suaminya,
setiap hari dia selalu memikirkan dan selalu menangis karena hal itu.
Kemudian La Ngusu selalu merayu dan meyakinkannya sehingga La Nggini
menyetujuinya.
Tibalah harinya dimana La Ngusu berangkat untuk
merantau, dan orang tuanyapun kaget karena baru mengetahui keinginan
anaknya itu akan tetapi orang tua La Ngusu tidak bisa berbuat apa-apa
dan mereka memberikan restunya untuk La Ngusu begitupun dengan Ompu
Wila.
Ketika kapal yang akan membawa La Ngusu akan segera berangkat, La Ngusu memberikan Pasapu Monca kepada La Nggini.
Hari
demi hari, bulan demi bulan dan tahunpun berlalu, tak pernah ada kabar
dari La Ngusu. Dan musibah yang menimpa La Nggini datang berturut-turut.
Ompu Wila meninggal saat bencana melanda kampung mereka. Disusul lagi
dengan kematian Ompu Nggaro .
Kini tinggallah dua sosok perempuan
yang lemaah, demi menyambung hidup , La Nggini bekerja di ladang
tetangga dan sawah-sawah demi mendapatkan makanan. Siiring berjalannya
waktu, Ina Male sering sakit-sakitan dan Ina Male pun memiliki keinginan
untuk bertemu dengan anaknya. Tapi sebelum keinginannya tercapai Ina
Male meninggal dunia.
La Nggini kini hanya tinggal sebatang kara,
ia bekerja keras untuk menyambung hidupnya. Suatu hari, ada seorang
sahabat yang datang menawarkan La Nggini untuk bekerja di pelabuhan
menjaga warung yang ia miliki . la ngginipun menyetujuinya, ia berharap
dengan bekerja di pelabuhan ia bisa mendapatkan atau mendengar
informasi tentang suaminya.
Setelah beberapa hari bekerjs di
warung itu, ada kapal besar yang bersandar di pelabuhan tersebut, kapal
itu dari makasar. Setelah kapal bersandar, turunlah awak kapal dan
pemilik dari kapal tersebut untuk makan. La Ngginipun melayani
awak-aawak serta juragan kapal. Tak di sangka kecantikan La Nggini
membuat juragan kapal jatuh hati. Diapun mencari tau siapa La Nggini
lewat sahabat La Nggini itu. Sahabatnyapun menyampaikan maksud juragan
itu kepada La Nggini akan tetapi La Nggini tidak menanggapinya. Karena
tergiur aka harta yang di iming-imingi oleh juragan tersebut, sahabatnya
itu rela menjebak La Nggini dengan menfitnahnya telah melakukan
perbuatan yang terlarang dengan juragan kapal tersebut. Karena fitnah
yang telah disebarkan oleh sahabatnya itu, warga desapun marah dan
menuduh akibat perbuatan la nggini itulah yang menjadi penyebab dari
bencana-bencana yang menimpa desa mereka. Karena tidak tahan dengan
hinaan, cacian dan fitnah dari orang kampung La Ngginipun pergi ke
sebuah gunug yang menghadap ke pantai.
Berminggu-minggu dia berada
disana pendudukpun tau bahwa La Nggini tidak bersalah dan semua itu
hanya fitnah yang di lakukan oleh sahabtnya. Hal itu, membuat
teman-teman suaminya merasa kasihan padanya, dan merekapun menyampaikan
keadaan la nggini, ina male, ompu nggaro dan ompu wila yang hidup
menderita setelah kepergian la ngusu. Merekapun menceritakan bahwa iIna
Male, OmpuNnggaro dan Ompu Wila telah meninggal. Mengdengar cerita
temannya itu, La Ngusupun begitu merasa bersalah dan ingin pulang ke
kampung halamannya. La ngusu pun mengutarakan niatnya kepada tuannya.
Dan tuannyapun merasa kasihan sehingga ia memberikan ijin ,
Setelah
mendapat ijin La Ngusu ingin menghadiahi istrinya itu dengan
membelikannya sebuah kapal dan iapun pulang dengan menggunakan kapalnya
sendiri. Di tengah laut, kapal yang ditumpangi La Ngusu tenggelam ,
kabar itupun sampai ke telinga la nggini hingga membuatnya begitu hancur
dan terpuruk. Ia berdiri di situ dari subuh sampai fajar. dari duhur
sampai isya. dari hari ke hari. dari minggu ke minggu. dari bulan ke
bulan. sampai tahun menjadi berbilang. Ia tetap berdiri menunggu dan
terus menunggu suaminya. Hingga disaat tubuhnya sudah mulai lemah dan
rapuh dia mengatakan jika aku tidak bisa bertemu dengan suamiku lebih
baik aku menjadi batu.
wara ku sabua hidi ngarana wadu ntada rahi
tapa ndiha ba dou di rasa ba ne’e na lao ta rahina
teka, teka na doro
ntada, ntada ka lao
ade na mala lai
ntada rahi ma lao
auku ncara ra kancaruna sampe ndadi kaina wadu
ede pa tangara kai ba dou wadu, wadu ma tanda rahi
teka, teka na doro
ntada, ntada ka lao
ade na mala lai
ntada rahi ma lao
Terjemahan:
BATU YANG MENATAP SUAMI
ada suatu tempat yang bernama batu yang menatap suami
di hadang oleh orang satu kampung karena ingin pergi ke suaminya
naik, naik kebukit
menatap, menatap termenung
hatinya yang sakit
melihat suami yang pergi
apakah salahnya, sampai dia menjadi batu
oleh karena itu di namakan oleh orang batu, batu yang menatap suami
naik, naik kebukit
menatap, menatap termenung
hatinya yang sakit
melihat suami yang pergi
https://www.tulismenulis.com/wadu-ntanda-rahi-karya-alan-malingi/
Komentar
Posting Komentar